Kisah ini terukir disaat perubahan itu sedang berkembang dengan subur dan harapan barupun mulai tumbuh. Kami adalah sekelompok mahasiswi perguruan swasta yang pada awalnya adalah mahasiswi biasa yang datang hanya duduk, mendengarkan, dan belajar sekehendak hati yang penting absen kami penuh didalam data absen dosen.
Banyaknya tempelan-tempelan acara di mading informasi tak membuat kami bergeming melirik maupun membaca tentang apa, bagaimana, dan kapan acara itu diadakan. Kami hanya sibuk dengan obrolan-obrolan khas remaja yang hanya berkutat pada fashion dan cinta,.. hahai cinta (cerita indah ga tau kapan akhirnya ).
Entah mengapa pada hari itu, kami yang sedang asyik bersenda gurau, saling dorong-mendorong tiba-tiba terhenti pada sebuah kertas merah merona warnya yang sangat mencolok dimata. Kami dengan seksama mengamati dan membaca selembaran yang tertempel di dinding pojok ruangan kelas itu. Kami memulai diskusi membicarakan acara tersebut.
Hingga pada akhirnya kami sepakat untuk mencoba mengikuti acara tersebut, walau kami tidak yakin akan dapat memahami makna sesungguhnya tentang acara itu tapi kami tetap nekat seperti semboyan yang sering kami dengar di acara sepak bola "BOnek" (Bocah Nekat ).
Kami berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut. Mulai dari atas kepala sampai bawah kaki. Kami yang awalnya adalah mahasiswi biasa kini berubah menjadi mahasiswi exsis + narsis karena percobaan yang membuahkan hasil yang mengagumkan.
Ternyata acara tesebut membawa banyak kebaikan untuk kami,persahabatan kamipun tidak lagi hanya berorientasi pada kesenangan melainkan suka, duka, bahagia, dan derita kami tanggung bersama. Pandangan dan pemikiran kami pun perlahan meluas dimana belajar itu tidak lagi mejadi sebuah paksaan tapi kini belajar menurut kami adalah suatu kesenangan yang akan menjadi sebuah kebutuhan.
Hari demi hari kami lalui dengan keberagaman cerita dan kisah dari kisah dosen hingga kisah-kasih di kampus. Nilai-nilai mata kuliah kami pun semakin meningkat hingga melampaui tingkat dikampus kami yang hanya 7 tingkat tapi nilai kami lebih dari itu ( walau cuma mimpi, hehehe )
Disaat kami kembali ke rumah masing-masing untuk istirahat sejenak. Tiba-tiba aku mendapat kabar yang membuat detak jantung dan waktu pun seakan berhenti walau sesaat. Aku mendapat kabar bahwa salah satu dari sahabatku telah tiada. Antara percaya dan tidak percaya aku membaca sms itu, aku pun mulai mencari kebenaran kabar itu dengan mendatangi rumahnya dan ternyata kabar itu benar adanya. Dia sahabatku yang baru saja ku lihat semangatnya kini telah tiada.
Kami sebagai bagian dari kehidupannya sungguh merasa kehilangan. Kami pun meminta penjelasan tentang bagaimana nyawanya bisa melayang. Seorang kerabatnya pun mulai merangkai cerita untuk mengkisahkan kembali penyebab kecelakaan tersebut.
Saat dia pulang dari kampus dan baru saja sampai dirumahnya, tiba-tiba kakaknya meminta pertolongannya untuk mengantar kekantornya. Dia memang teman kami yang baik hatinya maka secara spontan langsung mengabulkan permintaan kakaknya tersebut. Waktu perjalanan pergi hingga sampai dikantor kakaknya semua berjalan dengan sempurna walau dia baru tersadar kalau dia melupakan helmnya.
Tak berapa lama diapun kembali pulang. Beberapa KM (kilometer) dari perjalanannya dia masih baik-baik saja hingga dia menemukan sebuah lubang, sebenarnya lubang itu baik-baik saja dengan ukuan tak sebesar lubang buaya hehehe,.... Dia dengan sayangnya mencoba untuk menjauhi lubang itu karena tak mau melukai lubang itu dengan ban motornya alhasil keseimbangannya pun oleng dan pada akhirnya dia dan motornya pun jatuh. Saat dia mencoba untuk bangkit, dengan laju kencang sebuah mobil mewah dengan teganya menghempaskan tubuhnya sejauh angin berhembus hingga kepalanya yang tak berpelindung terbentur keras aspal panas.
Masyarakat seitar mencoba untuk menyelamatkan dia dengan membawanya kerumah sakit terdekat. Saat sampai dirumah sakit, dokter langsung mengambil langkah seribu dengan memasukkannya ke ruang UGD dan saat itu juga melakukan operasi besar pada kepalanya. Beberapa jam berlalu, operasi pun usai. Tapi dia masih terdiam kaku dalam istirahatnya. Keluarganya tetap setia menemaninya walau dalam hening tanpa cerita.
Malam itu terasa kelabu dengan kesedihan yang menggebu-gebu. Tak sadar terdengar suara yang berbisik lirih "Maafkan aku lubang, aku sayang kamu makanya aku tak ingin menyakitimu dengan sentuhan motorku dibagianmu dan aku berhasil untuk melakukannya karena kau tetap aman pada tempatmu". Kerabat yang menungguinya merasa aneh dan tak percaya dia bisa berbicara dengan lancarnya mengungkapkan sayangnya pada si lubang. Tapi sayang seribu bahkan jutaan sayang, lubang yang disayang ternyata membuat nyawanya melayang,...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar